Beranda | Artikel
Fikih Khotbah Hari Raya
Kamis, 13 Juni 2024

Segala puji bagi Allah. Selawat serta salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad, beserta keluarga dan sahabat beliau seluruhnya.

Berikut ini pembahasan-pembahasan ringan, namun lengkap insyaAllah, terkait dengan fikih khotbah hari raya. Semoga Allah memberikan taufik-Nya kepada kita semua, Amin.

Hukum khotbah hari raya

Khotbah hari raya, atau khotbah salat Id, atau biasa diringkas khotbah Id, hukumnya adalah sunah. Ini merupakan kesepakatan dari empat mazhab fikih: Hanafi, Maliki, Syafi’i, dan Hanbali.

Dari Sahabat Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhuma, beliau berkata,

شهدتُ صلاةَ الفِطرِ مع نبيِّ اللهِ صلَّى اللهُ عليه وسلَّم، وأبي بكرٍ، وعُمرَ، وعثمانَ، فكلُّهم يُصلِّيها قبلَ الخُطبةِ، ثم يَخطُب، قال: فنزَلَ نبيُّ اللهِ صلَّى اللهُ عليه وسلَّم كأنِّي أنظُر إليه حين يُجَلِّسُ الرجالَ بيده، ثم أَقبلَ يَشقُّهم، حتى جاءَ النِّساءَ، ومعه بلالٌ، فقال:

(يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ إِذَا جَاءَكَ الْمُؤْمِنَاتُ يُبَايِعْنَكَ عَلَى أَنْ لَا يُشْرِكْنَ بِاللَّهِ شَيْئًا) [الممتحنة: 12] ،

فتلَا هذه الآيةَ حتى فرغَ منها، ثم قال حين فرَغ منها: أنتُنَّ على ذلِك؟ فقالتِ امرأةٌ واحدةٌ، لم يُجِبْه غيرُها منهنَّ: نعم، يا نبيَّ اللهِ، لا يُدرَى حينئذٍ من هي، قال: فتَصدَّقْنَ، فبَسطَ بلالٌ ثوبَه، ثم قال: هلمَّ! فِدًى لكنَّ أبي وأمِّي، فجعلْنَ يُلقِينَ الفتخَ، والخواتمَ في ثوبِ بلالٍ

Aku pernah menyaksikan salat Idul Fitri bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, Abu Bakar, Umar, dan Utsman. Mereka semua melaksanakan salat sebelum khotbah, kemudian berkhotbah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam turun, seolah-olah aku melihatnya saat beliau mendudukkan para pria dengan tangannya, lalu berjalan melewati mereka hingga sampai pada para wanita, bersama Bilal. Beliau bersabda,

(يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ إِذَا جَاءَكَ الْمُؤْمِنَاتُ يُبَايِعْنَكَ عَلَى أَنْ لَا يُشْرِكْنَ بِاللَّهِ شَيْئًا)

‘Wahai Nabi, apabila datang kepadamu wanita-wanita yang beriman untuk berbaiat kepadamu, bahwa mereka tidak akan menyekutukan Allah dengan sesuatu apapun’ [1], lalu beliau membacakan ayat ini hingga selesai.

Setelah selesai, beliau bertanya, ‘Apakah kalian setuju dengan hal itu?’ Seorang wanita menjawab, tidak ada yang menjawab selain dia, ‘Ya, wahai Rasulullah.’ Tidak diketahui saat itu siapa dia.

Beliau bersabda, ‘Bersedekahlah.’ Bilal membentangkan kainnya, lalu berkata, ‘Kemarilah! Demi ayah dan ibuku sebagai tebusanmu.’ Mereka mulai memberikan sedekah berupa perhiasan dan cincin ke dalam kain Bilal.” [2]

Selain itu, terdapat hadis lain dari Jabir bin Abdullah radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata,

إنَّ النبيَّ صلَّى اللهُ عليه وسلَّم قامَ يومَ الفِطرِ، فصلَّى، فبدأ بالصَّلاةِ قبل الخُطبةِ، ثم خطَبَ النَّاسَ، فلمَّا فرَغَ نبيُّ اللهِ صلَّى اللهُ عليه وسلَّم نزَلَ، وأتى النِّساءَ، فذَكَّرهُنَّ…

Sesungguhnya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berdiri pada hari Idul Fitri, lalu salat. Beliau memulai dengan salat sebelum khotbah, kemudian berkhotbah kepada orang-orang. Setelah selesai, beliau turun dan mendatangi para wanita, mengingatkan mereka …” [3]

Sisi pendalilan dari kedua hadis di atas adalah penundaan khotbah setelah salat Id menunjukkan bahwa khotbah tersebut tidak wajib. Khotbah ditempatkan pada waktu yang memungkinkan bagi mereka yang ingin meninggalkannya untuk pergi, tidak seperti khotbah Jumat. [4]

Waktu khotbah hari raya

Khotbah pada hari Jumat dilakukan sebelum salat, sedangkan khotbah pada hari Id dilakukan setelah salat. [5]

Dari Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhu,

أَنَّ رَسُولَ اللهِ صلى الله عليه وسلم كَانَ يُصَلِّي فِي الأَضْحَى وَالفِطْرِ، ثُمَّ يَخْطُبُ بَعْدَ الصَّلَاةِ

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam biasa melaksanakan salat Idul Adha dan Idul Fitri, kemudian berkhotbah setelah salat.” [6]

Dan dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhu,

كان النبي صلى الله عليه وسلم وأبو بكر وعمر يصلون العيدين قبل الخطبة

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, Abu Bakar, dan Umar biasa melaksanakan salat Idul Fitri dan Idul Adha sebelum khotbah.” [7]

Jumlah khotbah hari raya

Disunahkan untuk melaksanakan dua khotbah Id, dan ini merupakan kesepakatan dari empat mazhab fikih: Hanafi, Maliki, Syafi’i, dan Hanbali. Kesepakatan (ijma‘) juga telah dinyatakan mengenai hal ini. Ini merupakan qiyas dengan khotbah Jumat, dan karena ini adalah kebiasaan dalam khotbah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. [8]

Ibnu Hazm rahimahullah berkata,

فإذا سلَّم الإمامُ قام فخطَب الناس خُطبتين، يجلس بينهما جلسة, فإذا أتمَّهما افترق الناس. فإنْ خطَب قبل الصَّلاة فليستْ خُطبة, ولا يجِب الإنصات له, كلُّ هذا لا خِلافَ فيه إلَّا في مواضع نذكُرها إنْ شاء الله تعالى

Setelah imam selesai (salat), beliau berdiri dan berkhotbah kepada orang-orang dengan dua khotbah, dengan duduk sejenak di antara keduanya. Setelah selesai, orang-orang bubar. Jika beliau berkhotbah sebelum salat, maka itu bukan khotbah dan tidak wajib mendengarkannya. Semua ini tidak ada perbedaan pendapat, kecuali dalam beberapa hal yang akan kami sebutkan, insyaAllah.” [9]

Ketika menjelaskan khotbah salat hari raya, Syekh Sholeh Fauzan hafidzahullah mengatakan,

فإذا سلم من الصلاة؛ خطب خطبتين، يجلس بينهما؛ لما روى عبيد الله بن عبيد الله بن عتبة؛ قال: “السنة أن يخطب الإمام في العيدين خطبتين، يفصل بينهما بجلوس”، رواه الشافعي، ولابن ماجه عن جابر: “خطب قائما، ثم قعد قعدة، ثم قام”

Setelah selesai salat, dia berkhotbah dua khotbah, duduk di antara keduanya. Sebagaimana diriwayatkan oleh Ubaidillah bin Ubaidillah bin Utba, beliau berkata, ‘Sunahnya adalah imam berkhotbah pada Idul Fitri dan Idul Adha dengan dua khotbah, dipisahkan oleh duduk di antara keduanya.’ Diriwayatkan oleh Syafi’i. Dan Ibnu Majah meriwayatkan dari Jabir, ‘Beliau berkhotbah sambil berdiri, lalu duduk sejenak, kemudian berdiri lagi.’” [10]

Hal-hal yang disunahkan dalam khotbah Idul Fitri

Di dalam khotbah, disunahkan hal-hal berikut:

Dalam pembukaan khotbah, disunahkan untuk memulai khotbah dengan pujian (hamdalah) seperti khotbah-khotbah lainnya, bukan dengan takbir.

Ini adalah pendapat sebagian ulama Syafi’iyah dan sebagian ulama Hanabilah. Ini juga merupakan pilihan Ibnu Taimiyah, Ibnu Qayyim, Ibnu Rajab, dan Ibnu Baz rahimahumullah.

Hal ini didasarkan pada dua alasan berikut:

Pertama, tidak ada bukti yang kuat dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bahwa beliau memulai khotbah Idul Fitri atau khotbah lainnya dengan takbir.

Kedua, memulai dengan hamdalah adalah kebiasaan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dalam khotbah-khotbah beliau. [11]

Dalam materi khotbah, disunahkan untuk mengajarkan kepada orang-orang tentang hukum-hukum Idul Fitri, memberi nasihat, dan anjuran bersedekah. Pada Idul Adha, diajarkan tentang hukum-hukum kurban. Ini merupakan kesepakatan dari empat mazhab fikih: Hanafi, Maliki, Syafi’i, dan Hanbali.

Dalil dari hal ini adalah hadis-hadis yang telah berlalu tentang keberadaan khotbah beliau shallallahu ‘alaihi wasallam. Selain itu, salah satu tujuan disyariatkannya khotbah Id adalah untuk mengajarkan hukum-hukum yang berkaitan dengan waktu tersebut. [12]

Dianjurkan ada nasihat khusus yang ditujukan kepada mereka dalam khotbah Id.

Hal ini didasarkan pada hadis Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhuma di awal artikel.

Syaikh Sholeh Al-Fauzan berkata,

ينبغي أن توجه إليهن موعظة خاصة ضمن خطبة العيد؛ لأنه صلى الله عليه وسلم لما رأى أنه لم يسمع النساء؛ أتاهن، فوعظهن، وحثهن على الصدقة، وهكذا ينبغي أن يكون للنساء نصيب من موضوع خطبة العيد؛ لحاجتهن إلى ذلك وإقتداء بالنبي صلى الله عليه وسلم

Dianjurkan ada nasihat khusus yang ditujukan kepada mereka dalam khotbah Id. Karena Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, ketika melihat bahwa para wanita tidak mendengar, beliau mendatangi mereka, memberi nasihat, dan menganjurkan mereka untuk bersedekah. Demikian pula, seharusnya para wanita mendapatkan bagian dari topik khotbah Id karena kebutuhan mereka akan hal itu dan mengikuti contoh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.” [13]

Mendengarkan khotbah salat Id adalah sunah

Tidak mengapa bagi mereka yang telah melaksanakan salat Id untuk pergi dan tidak duduk mendengarkan khotbah. Namun, mendengarkan khotbah tentu lebih utama. [14]

Dalilnya adalah hadis yang diriwayatkan dari Abdullah bin As-Sa’ib, beliau berkata, “Aku menyaksikan Id bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Setelah selesai salat, beliau bersabda,

إنا نخطُبُ، فمَنْ أحبَّ أنْ يجلِسَ للخُطبةِ فَلْيجلِسْ، ومَنْ أحبَّ أنْ يذهَبَ فَلْيذهَبْ.

‘Kita akan berkhotbah. Barangsiapa yang ingin duduk untuk khotbah, silakan duduk. Barangsiapa yang ingin pergi, silakan pergi.‘ ” [15]

Demikian penjelasan ringkas, dan insyaAllah menyeluruh, tentang khotbah hari raya. Semoga selawat dan salam senantiasa tercurah bagi Nabi Muhammad, keluarga, dan pengikut beliau.

***

Rumdin Ponpes Ibnu Abbas Assalafy Sragen, 2 Zulhijah 1445.

Penulis: Prasetyo, S.Kom.


Artikel asli: https://muslim.or.id/95623-fikih-khotbah-hari-raya.html